Sebenarnya ramalah 12 shio dengan 5 unsurnya : air,tanah,kayu,logam,dan api yang ada adalah sebuah “statistik kuno” bangsa Tiongkok yang dipakai untuk mencermati situasi alam dan manusia yang menghuni alam semesta ini. Namun dalam perkembangannya ramalan shio itu dibumbui dengan berbagai macam hal yang berbau mistis sehingga keluar dari “kebenaran” statistik itu sendiri yaitu membaca tren dari satu masa ke masa yang lain.
Nah,untuk tahun 2012 sebenarnya mudah meramalkan apa yang akan terjadi dengan kondisi Indonesia. Lihat saja siklus 60 tahun waktu Indonesia di tahun 1952,dimana pada tahun tersebut juga dinaungi oleh Naga Air. Sejarah Indonesia mencatat bahwa di tahun 1952,negara Indonesia yang baru merdeka +/- 7 tahun mengalami situasi yang kurang lebih sama dengan kondisi sekarang,dimana korupsi semakin meraja-lela,anggota dewan perwakilan rakyat (dulu DPRS) tidak pro dengan kondisi rakyat,mereka dengan didukung oleh Soekarno mencoba mengulur waktu untuk diadakannya Pemilu. Bandingkan dengan kondisi sekarang dimana anggota DPR sekarang berebut untuk menaikkan parliamentary threshold (= ambang batas parlemen) untuk Pemilu 2014. Semuanya ingin “memperkecil” jumlah partai di parlemen dengan menggunakan “aji mumpung” yaitu mumpung berkuasa dan saat ini partainya kuat karena menang Pemilu di 2009 yang lalu.
Kondisi keamanan di tahun 1952 juga semakin buruk,sama dengan kondisi sekarang….Pemerkosaan dan pembunuhan setiap hari menghiasi wajah media kita. Pelanggaran hukum dan hak asasi manusia dilakukan justru oleh aparat penegak hukum . Pembisik di lingkungan istana waktu itu juga berperan memecah belah tentara. Demikian pula yang terjadi sekarang ini,dimana didalam tubuh TNI sendiri dengan para purnawirawannya mulai saling serang,ketidak-cocokan antara senior dan junior sangat nampak sekali.
Demonstrasi terus menerus terjadi dan puncaknya adalah peristiwa 17 Oktober 1952 dimana massa mendatangi parlemen dan menuntut pembubaran parlemen serta menuntut diadakannya Pemilu.
Bagaimana dengan tahun 2012…?
Kondisi 2012 tidak akan berbeda jauh dengan kondisi di 1952, demonstrasi massa bisa jadi akan bertambah semarak dan kemungkinan untuk tuntutan pembubaran DPR bukan hal yang tidak mungkin terjadi,sebab anggota DPR sekarang dituduh sebagai sarang koruptor,tidak peka terhadap penderitaan rakyat,lihat saja kasus-2 korupsi anggota DPR,terakhir adalah kasus Nazaruddin,Wisma Atlet,ruang Banggar senilai Rp.20M,toilet DPR seharga Rp.2M dan lain sebagainya. Belum tudingan kebohongan yang dilakukan oleh para ulama dan para cendikiawan Indonesia terhadap pemerintahan yang dipimpin oleh SBY-Boediono,semakin lama akan semakin membakar emosi rakyat.
Kondisi kesejahteraan rakyat serta amburadulnya sistem tatanan pemerintahan saat ini mengingatkan kondisi yang terjadi di 1952,semuanya tidak tertib,terkesan seenaknya sendiri dan seperti negara “auto pilot” ; Dulu Soekarno tertolong oleh pamornya sebagai proklamator sehingga “dihormati” dan “disegani” oleh rakyat. SBY pun sebenarnya tertolong oleh pencitraannya selama ini,namun karena semakin hari semakin terlihat tidak “tegas” maka rakyat semakin banyak “meragukannya” sebagai pemimpin bangsa yang dapat mengayomi rakyat secara keseluruhan. Politik pembiaran terhadap masalah-2 bangsa menyebabkan rakyat mulai khawatir negeri ini memang dalam keadaan “auto pilot”
Jatuh atau tidaknya SBY di tahun 2012 tergantung “kesabaran” rakyat dan para pemimpin yang mempunyai massa dan para tentara yang mau mendukung rakyat atau penguasa. Tetapi bila kondisi seperti sekarang ini tidak segera diatasi,maka rakyat Indonesia akan menanti “bom waktu” yang setara dengan peristiwa 1965 nanti,bahkan mungkin lebih dahsyat.
Sejarah itu terus berulang kembali,cuman pelaku,waktu dan tempatnya saja yang berbeda. Demikian siklus 60 tahunan “sang Naga Air” di 2012.
Dikutip dari:
http://www.kompasiana.com/

 

Template Design By:
SkinCorner